ALOHA

Blog ini merupakan coretan dari berbagai permasalahan baik tentang iman, pandangan hidup, kumpulan bahan perkuliahan, masalah kesehatan dan masalah-masalah lain dalam kehidupan manusia. Blog ini hanyalah sebuah media untuk sharing tentang berbagai hal.


“Sometimes the questions are complicated and the answers are simple.”(Dr. Seuss)

Quotation

Selasa, 12 Juni 2012

KOMUNIKASI DAN PEMBANGUNAN


  Definisi Pembangunan


Kegiatan pembangunan pada hakikatnya adalah proses perubahan namun proses perubahan disini adalah proses perubahan yang dilakukan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan merupakan suatu proses yang aktif dan dinamis serta tidak berlangsung secara alamiah.
Istilah pembangunan semakin popular terutama setelah Perang Dunia II sejalan dengan berdirinya badan dunia yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kemudian mendeklarasikan Dasawarsa Pembangunan. Dalam dasawarsa 1940-1950 banyak bangsa di dunia termasuk di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang didiami oleh sebagian besar penduduk bumi dan berhasil melepaskan diri dari penjajahan colonial asing mulai melaksanakan pembangunan sebagai usaha pokok dari pemimpin mereka untuk mengupayakan kesejahtraan bagi rakyatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Penerbit Balai Pustaka Jakarta, 1989) istilah pembangunan berasal dari kata “bangun” dan secara harfiah diartikan antara lain sama dengan bentuk (bulat, segi empatdan sebagainya), struktur atau susunan yang merupakan suatu wujud rupa atau perawakan. Membangun berarti memperbaiki, membina, atau mendirikan. Secara kiasan dapat diartikan sebagai memperbaiki sesuatu yang telah ada untuk dibuat menjadi lebih baik sehingga lebih berguna atau lebih bermanfaat.

Definisi Pembanguan Menurut Para Ahli

Everett Kleinjans mencoba memberikan batasan arti kepada pembangunan sebagai suatu proses melalui mana sebuah masyarakat melangkah untuk mendapatkan kemampuan dalam meningkatkan kwalitas kehidupan dari warganya, terutama melalui pemecahan masalah-masalahnya. Menurut Ackof (1984) mengungkapkan bahwa pembangunan pada dasarnya bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh apa yang orang-orang punyai, akan tetapi sebuah kapasitas yang ditentukan oleh apa yang orang-orang dapat lakukan dengan apapun yang mereka punyai untuk memperbaiki mutu kehidupan dan mutu kehidupan orang lain.
Menurut Philips Roup (1953) Pembangunan adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berat. Menurut Rogers (1985) secara sederhana membatasi pengertian pembangunan sebagai perubahan yang berguna menuju suatu system social dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Siagian (1983) memberikan definisi pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa. Menurut Mirza (1982) bahwa pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem pengetahuan.
            Meskipun pengertian pembangunan yang diungkapkan oleh para ahli di atas sangat bervariasi namun dalam intinya terdapat terdapat titik temu. Berdasarkan pengertian yang bervariasi itu dapat disimpulkan bahwa pembangunan memiliki ciri-ciri
  1. Perubahan kearah kemajuan
  2. Terencana dengan baik
  3. Mempunyai tujuan yang jelas
  4. Berkesinambungan
  5. Dilakukan secara bertahap 
Model-Model Pembangunan

1. Model Pembangunan Berorientasi Pertumbuhan
            Model ini memandang tujuan pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi dalam arti sempit, yakni hanya menyangkut kapasitas ekonomi nasional yang semula dalam jangka waktu lama berada dalam kondisi statis, kemudian bangkit untuk menghasilkan peningkatan GNP (Gross National Product) per tahun pada angka 5-7 persen atau lebih (Todaro,1970:60).
            Model ini berasumsi tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi akan berdampak kepada meningkatnya tingkat kesejahtraan masyarakatnya. Dalam model ini produksi menjadi nomor pertama, sedangkan penghapusan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan menduduki urutan kedua. Hal kedua ini dicapai melalui trickle down effect (efek menetes ke bawah).
2. Model Pembangunan Kebutuhan Dasar/Kesejahtraan
            Model ini muncul setelah model pertama, model ini muncul untuk mengoreksi kekurangan – kekurangan dalam model pertama. Model ini berpandangan penduduk miskin di negara-negara berkembang yang pada dasarnya bukanlah pemubasiran dari ekonomi itu sendiri akan tetapi masalah kemiskinan itu pada hakikatnya merupakan akibat kerja keras yang tidak produktif dalam rangka membiayai kehidupan subsistensi dan merginal mereka.
            Model ini mengupayakan peningkatan kwalitas kerja lebih daripada kwantitas kerja mereka, model ini juga mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung dan tidak hanya melalui mekanisme trickle down effect. Intinya model ini merupakan suatu program kesejahteraan dengan memberikan bantuan langsung kepada orang-orang yang sangat miskin melalui mekanisme pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak hanya kesempatan memperoleh penghasilan, akan tetapi juga akses terhadap pelayanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dll.
3. Model Pembangunan Berpusat pada Manusia
            Model pembangunan ini berpusat pada manusia, berwawasan lebih jauh daripada sekedar angka pertumbuhan GNP (model 1), dan pengadaan pelayanan sosial (model 2). Peningkatan perkembangan dan kesejahteraan manusia bersama daya tahan manusia menjadi fokus sentral pembangunan ini. Orang-orang selaku pelaksana pembangunan dan yang menentukan tujuan, sumber-sumber pengawasan dan untuk mengarahkan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
            Konsep pokok model pembangunan ini adalah sederhana, model ini mengharapkan prakarsa kreatif dari orang-orang sebagai sumber daya primer pembangunan dan kepada kesejahteraan material dan spritual mereka sebagai akhir pelaksana proses pembangunan itu.

Definisi Komunikasi Pembangunan

            Definisi Komunikasi Pembangunan menurut Quebral (1975) menyatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu hal ihwal komunikasi antar manusia yang dipergunakan untuk mengubah dengan secepat mungkin sebuah negara dan rakyatnya. Perubahan berawal dari tahap kemiskinan hingga tahap perkembangan ekonomi yang maju sehingga memungkinkan terwujudnya keadilan sosial yang merata ke segenap rakyat.
            Definisi lain yang dapat dikemukakan adalah seperti yang diungkapkan oleh Astrid S. Susanto (1974) Komunikasi pembangunan adalah sebagai suatu kegiatan komunikasi yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam mental dan tingkah laku manusia.
            A.S Achmad (1986) mengemukakan bahwa pada dasarnya komunikasi pembangunan adalah suatu pendekatan atau suatu sudut pandang yang terdiri dari unsur-unsur suatu metode, suatu program, dan suatu proses. Kalau terhadap suatu istilah atau konsep-konsep seperti periklanan, public relation, propaganda, penyuluh pertanian, dll yang kelahirannya berhutang budi kepada negara-negara yang sudah maju, maka komunikasi pembangunan adalah suatu inovasi dari negara-negara yang sedang berkembang.
Ia telah muncul dari situasi-situasi kehidupan yang bersifat praktis dan dari ciri-ciri dan tempat operasi yang berbeda. Komunikasi pembangunan bukanlah cangkokan dari situasi luar manapun.
            Tujuan komunikasi pembangunan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nora C. Quebral adalah memajukan pembangunan itu sendiri. Sehubungan dengan itu pembangunan yang dimaksud diantaranya adalah bagaimana memberantas buta huruf, meningkatakan taraf rakyat dalam masa yang tidak terlalu lama dibandingkan bila mereka tak tersentuh proses komunikasi pembangunan.
            Disamping itu komunikasi pembangunan bertujuan member motivasi bagi masyarakat untuk menerima dan melaksanakan ide-ide pembaharuan yang dicanangkan dalam program pembangunan. Tujuan komunikasi pembanguna tidaklah sekedar bagaimana terciptanya perubahan sikap, pendapat, atau prilaku individu melainkan perubahan social masyarakat.
            Alan B. Chalkley (1970) menyebutkan bahwa setidaknya seorang komunikator pembangunan bertugas :
  1. Memaparkan fakta mengenai tata cara kehidupan dari segi ekonomi.
  2. Menggalakannya supaya tata cara kehidupan tersebut dapat dipahami oleh khalayak.
  3. Menyadarkan khlayak tentang pentingnya program pembangunan agar mau berpartisipasi dan terlibat di dalamnya.
  4. Menyadari dan bertindak tentang kemungkinan penyelesaian masalah kemiskinan yang membelenggu masyarakatnya.
Poses Komunikasi Pembangunan

            V.E Ross (1975) dalam bukunya yang berjudul Reading in Development Communication yang disunting Juan F. Jamias mengemukakan bahwa suatu ide-ide baru yang tersebar dari sumber ke khalayak memerlukan suatu proses komunikasi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur berupa:
a. Situasi Kelompok; b. Teknologi; c. Pesan; d. Saluran; e. Manajemen Pesan; f. Audience; dan g Tanggapan balik.
a.        Situasi Kelompok
Kelompok yang dimaksud di sini meliputi 3 komponen yaitu para ilmuan atau peneliti, tenaga pelatihan dan pengembangan, terakhir para penyuluh atau komunikator. Dalam satuan kelompok ini dituntut kerja sama yang kompak. Kesemuanya mengkonsentrasikan pikiran dan tenaganya terhadap proyek pembangunan yang sedang digalakan. Jika ketiga komponen ini  tidak bisa bekerja sama dengan baik maka tujuan pembangunan akan sulit tercapai.
b.        Teknologi
Teknologi yang dimaksud dalam hal ini adalah terdapatnya perbedaan antara apa yang diketahui oleh para penemu dengan apa yang sedang dipraktekan di lapangan. Penguasaan teknologi bagi seorang komunikator pembangunan sudah merupakan keharusan, sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.
c.         Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan kepada publik. Jika komunikator pembangunan ingin pesan diterima, dipahami oleh publik dan publik melakukan tindakan sesuai pesan, maka pesan itu harus disampaikan dengan jelas dan tepat. Penyampaian suatu pesan oleh komunikator pembangunan penting untuk disertai fakta dan argumentasi yang bersifat menyokong, mempertahankan dan menerangkan. Kepandaian dalam memilih dan merancang pesan merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan komunikasi dalam pembangunan.
d.        Saluran
Saluran adalah penghubung antara pengirim dan penerima pesan. Saluran komunikasi berperan agar suatu pesan dapat menyebar dari komunikator kepada publik sasarannya. Seorang komunikator memiliki saluran yang bervariasi seperti radio, televisi, surat kabar, organisasi masyarakat, kontak pribadi dan sebagainya. Pemilihan saluran komunikasi tergantung dengan kondisi objektif sasaran komunikasi. Beragamnya jumlah saluran yang dipakai sangat penting dan menentukan pencapaian sasaran komunikasi. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak semua audience sasaran komunikasi dapat bersatu dan bersama-sama untuk berkenan dan berkesempatan memilih suatu saluran.
e.        Manajemen Pesan
Manajemen pesan ini melihat bagaimana suatu pesan dirancang kemudian disampaikan melalui saluran yang telah dipilih sesuai karakteristik publik sasarannya. Manajemen pesan juga dimaksudkan untuk dapat memastikan sejauh mana pesan itu dapat dimengerti oleh publik. Manajemen pesan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misal : bagaimana cara menyampaikannya, bagaimana menyampaikan dengan berbagai saluran berbeda dll.
f.          Audience
Audience adalah sasaran pembangunan, dapat berupa individu atau masyarakat. Jika audience bersifat homogen maka komunikasi yang efektif akan mudah tercapai tapi jika bersifat heterogen maka bentuk dan sifat suatu pesan beserta salurannya haruslah disesuaikan dengan karakteristik audience. Dengan kata lain seorang komunikator sebelum merancang suatu pesan dan menentukan saluran terlibih dahulu haruslah menentukan karakteristik audience sasarannya.
g.        Tanggapan Balik
Tanggapan balik merupakan bagian dari reaksi audience atau dengan kata lain hasil dari proses komunikasi itu sendiri. Tanggapan balik merupakan ukuran sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam komunkasi pembangunan.

Aplikasi Peranan Komunikasi dalam Pembangunan

         a.  Bidang Kesehatan
Keterkaitan dan keterpaduan antara komunikasi dan kesehatan sudah lahir sejak 32 tahun yang lalu tepatnya tahun 1978. Pada tahun 1978 di Alma Ata, Rusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakarsai perubahan yang mendasar dalam program WHO yang berorientasi pada pemberantasan penyakit ke arah pencegahan. Strategi pemeliharaan kesehatan dasar ini dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak, memperluas komunikasi di bidang kesehatan, dan meningkatkan pemanfaatan tenaga pelaksana kegiatan kesehatan di desa.
Seiring dengan program WHO lahirlah sebuah istilah komunikasi kesehatan (health communication). Komunikasi kesehatan yang dimaksud tidak lain adalah suatu penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan kesehatan masyarakat (Nasution, 1988). Komunikasi kesehatan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis, untuk mempengaruhi secara positif prilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi massa, dengan pengajaran, pemasaran sosial, analisis prilaku dan antropologis medis (USAID, 1988). Tujuan utama dari komunikasi kesehatan tersebut adalah terciptanya perubahan prilaku kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat.
Di Indonesia sendiri mengenai penerapan komunikasi pembangunan dalam bidang kesehatan bisa dilihat dari proyek pengembangan penyuluhan gizi (Nutrition Communication and Behavior Change Project). Dengan mengggunakan praktek komunikasi untuk memantapkan peranan ibu-ibu dalam pemberian makan anak, setelah 24 bulan hasil survei membuktikan terdapat 40 % anak-anak diwilayah kegiatan praktek komunikasi yang dilakukan menampakkan status gizinya lebih baik dari pada anak-anak di wilayah pembanding.
Komunikasi di bidang pembangunan kesehatan tidak bisa di anggap sebelah mata, beberapa negara melakukan studi tentang hal ini dan hasilnya menunjukkan bahwa dengan menghadirkan peranan komunikasi di bidang kesehatan akan ikut menentukkan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan itu sendiri.
b.        Bidang Pertanian
Dalam kebijakan pembangunan nasional pertanian dalam arti luas perlu dikembangkan agar semakin maju dan efisien juga diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, serta keanekaragaman hasil pertanian, melalui usaha diversifikasi, intesifikasi ekstensifikasi, dan rehabilitasi pertanian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, serta kebutuhan bahan baku industri.
Pembangunan pertanian di perdesaan untuk meningkatkan produksi pangan bagi kepentingan penduduk yang jumlahnya akan meningkat, dalam upaya mendorong swasembada pangan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
a.          Sebagian besar masyarakat negara berkembang bermukim di desa,
b.  Kebutuhan pribadi masyarakat tidak selalu dapat dipenuhi oleh kebijakan pangan nasional,
c.    Tuntutan agar kebijakan yang ditempuh harus memperlakukan penduduk desa sebagai orang-orang yang dilayani oleh pembangunan,
d.     Distribusi hasil produksi sama pentingnya dengan peningkatan produksi kotor,  
e.   Keuntungan-keuntungan maupun biaya sosial selayaknya mendapat perhatian kalau biaya ekonomi dibicarakan.
Contoh penerapan komunikasi pembangunan dalam  bidang pertanian :
Proyek masagama 99
Proyek ini diresmikan presiden filipina (waktu itu) marcos pada mei 1973, melalui acara televisi secara nasional. Tujuan proyek ini adalah meningkatkan produksi beras, dengan memberikan kredit, pinjaman, sarana pertanian, dan informasi mutakhir mengenai konsep dan praktek pertanian. Disebut juga sebagai “ program survival “, karena filipina ketika itu baru saja mengalami banjir dibeberapa wilayah negaranya, dan kekeringan nasional pada 1972/73. Karena itu Marcos menghimbau segenap bangsanya untuk bekerja sama mensukseskan renacana peningkatkan produksi beras yang pada saat itu dipandang sebagai suatu penganggulangan terhadap ancaman ekonomi nasional yang antara lain ditandai oleh kekurangan beras yang diperkirakan mencapai 700.000 ton per tahun.
Media yang digunakan dalam proyek ini adalah radio, komik, brosur, selebaran, bulletin, mejalah berbahasa lokal, surat kabar, televisi, dan komunikasi antarpribadi.
Proyek masagana 99 mempunyai sebelas komponen yang terdiri dari :
1.         Paket teknologi yang didasarkan pada penelitian
2.         Suatu program produksi dan distribusi bibit
3.         Suatu sistem alokasi dan distribusi pupuk
4.         Suatu program kampanye yang ditujukan untuk mengendalikan hama tanaman dan serangga
5.         Suatu program kredit
6.         Suatu program pedistribusian pompa irigasi ataupun perbaikan sistempengairan yang ada
7.         Peningkatan jumlah dan jangkauan penyuluh pertanian keliling
8.         Suatu kampanye media massa untuk menyebarkan informasi dan mendidik masyarakat mengenai konsep-konsep dan praktek-praktek pertanian
9.         Suatu sistem dukungan harga yang dikaitakn dengan pembelian dan penyimpanan hasil prduksi.
10.     Sistem administrasi dan lintasan sektoral yang difokuskan pada wilayah sasaran yang dirumuskan dengan teliti, dan
11.     Suatu unit manajemen yang bertugas untuk perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring keseluruhan program.
Dalam proyek ini, radio merupakan media utama karena menurut hasil penelitian radio menjangkau 85 persen populasi petani, setiap 3 dari 4 rumah tangga petani di negara itu memiliki radio transtitor. Sebagai media penunjang yang utama adalah komik instrukional, brosur dan bulletin dalam 8 dialek bahasa daerah yang utama, surat kabar, dan poster-poster promosi bersifat instruksional. Peranan TV terbatas terutama pada peliputan pembukaan proyek, dan aktivitas tertentu di lapangan.
Para penyiar pertanian dalam proyek ini berperan sebagai petugas informasi pada Komite   Aksi Provinsi untuk menjawab pertanyaan dari khalayak, merekam wawancara dengan para pemberi dan pengguna informasi, melakukan penelitian yang berkenaan dengan penyiaran, dan menghadiri aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan produksi bahan makanan. 

 Catatan : Modul Sosiologi Komunikasi