Definisi Pembangunan
Kegiatan pembangunan pada hakikatnya adalah proses perubahan namun proses
perubahan disini adalah proses perubahan yang dilakukan secara sengaja untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan merupakan
suatu proses yang aktif dan dinamis serta tidak berlangsung secara alamiah.
Istilah pembangunan semakin popular terutama setelah Perang Dunia II
sejalan dengan berdirinya badan dunia yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang kemudian mendeklarasikan Dasawarsa
Pembangunan. Dalam dasawarsa 1940-1950 banyak bangsa di dunia termasuk di
kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang didiami oleh sebagian besar
penduduk bumi dan berhasil melepaskan diri dari penjajahan colonial asing mulai
melaksanakan pembangunan sebagai usaha pokok dari pemimpin mereka untuk
mengupayakan kesejahtraan bagi rakyatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Penerbit Balai Pustaka Jakarta,
1989) istilah pembangunan berasal dari kata “bangun” dan secara harfiah
diartikan antara lain sama dengan bentuk (bulat, segi empatdan sebagainya),
struktur atau susunan yang merupakan suatu wujud rupa atau perawakan. Membangun
berarti memperbaiki, membina, atau mendirikan. Secara kiasan dapat diartikan
sebagai memperbaiki sesuatu yang telah ada untuk dibuat menjadi lebih baik
sehingga lebih berguna atau lebih bermanfaat.
Definisi Pembanguan Menurut
Para Ahli
Everett Kleinjans mencoba memberikan batasan arti kepada pembangunan
sebagai suatu proses melalui mana sebuah masyarakat melangkah untuk mendapatkan
kemampuan dalam meningkatkan kwalitas kehidupan dari warganya, terutama melalui
pemecahan masalah-masalahnya. Menurut Ackof
(1984) mengungkapkan bahwa pembangunan pada dasarnya bukanlah suatu kondisi
yang ditentukan oleh apa yang orang-orang punyai, akan tetapi sebuah kapasitas
yang ditentukan oleh apa yang orang-orang dapat lakukan dengan apapun yang
mereka punyai untuk memperbaiki mutu kehidupan dan mutu kehidupan orang lain.
Menurut Philips Roup (1953) Pembangunan adalah perubahan
dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berat. Menurut Rogers (1985) secara sederhana membatasi pengertian
pembangunan sebagai perubahan yang berguna menuju suatu system social dan
ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Siagian (1983) memberikan definisi pembangunan
sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa. Menurut Mirza (1982) bahwa pembangunan pada dasarnya adalah
usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha
yang terpadu dari seluruh sistem
pengetahuan.
Meskipun pengertian pembangunan yang
diungkapkan oleh para ahli di atas sangat bervariasi namun dalam intinya
terdapat terdapat titik temu. Berdasarkan pengertian yang bervariasi itu dapat
disimpulkan bahwa pembangunan memiliki ciri-ciri
- Perubahan kearah kemajuan
- Terencana dengan baik
- Mempunyai tujuan yang jelas
- Berkesinambungan
- Dilakukan secara bertahap
Model-Model Pembangunan
1. Model Pembangunan Berorientasi Pertumbuhan
Model
ini memandang tujuan pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi dalam arti sempit,
yakni hanya menyangkut kapasitas ekonomi nasional yang semula dalam jangka
waktu lama berada dalam kondisi statis, kemudian bangkit untuk menghasilkan
peningkatan GNP (Gross National Product) per tahun pada angka 5-7 persen atau
lebih (Todaro,1970:60).
Model
ini berasumsi tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi akan berdampak kepada
meningkatnya tingkat kesejahtraan masyarakatnya. Dalam model ini produksi
menjadi nomor pertama, sedangkan penghapusan kemiskinan, pengangguran, dan
ketimpangan menduduki urutan kedua. Hal kedua ini dicapai melalui trickle down effect (efek menetes ke
bawah).
2. Model Pembangunan Kebutuhan
Dasar/Kesejahtraan
Model ini
muncul setelah model pertama, model ini muncul untuk mengoreksi kekurangan –
kekurangan dalam model pertama. Model ini berpandangan penduduk miskin di
negara-negara berkembang yang pada dasarnya bukanlah pemubasiran dari ekonomi
itu sendiri akan tetapi masalah kemiskinan itu pada hakikatnya merupakan akibat
kerja keras yang tidak produktif dalam rangka membiayai kehidupan subsistensi
dan merginal mereka.
Model
ini mengupayakan peningkatan kwalitas kerja lebih daripada kwantitas kerja
mereka, model ini juga mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung
dan tidak hanya melalui mekanisme trickle
down effect. Intinya model ini merupakan suatu program kesejahteraan dengan
memberikan bantuan langsung kepada orang-orang yang sangat miskin melalui
mekanisme pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak hanya kesempatan memperoleh
penghasilan, akan tetapi juga akses terhadap pelayanan publik, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dll.
3. Model Pembangunan Berpusat
pada Manusia
Model
pembangunan ini berpusat pada manusia, berwawasan lebih jauh daripada sekedar
angka pertumbuhan GNP (model 1), dan pengadaan pelayanan sosial (model 2).
Peningkatan perkembangan dan kesejahteraan manusia bersama daya tahan manusia
menjadi fokus sentral pembangunan ini. Orang-orang selaku pelaksana pembangunan
dan yang menentukan tujuan, sumber-sumber pengawasan dan untuk mengarahkan
proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Konsep
pokok model pembangunan ini adalah sederhana, model ini mengharapkan prakarsa
kreatif dari orang-orang sebagai sumber daya primer pembangunan dan kepada
kesejahteraan material dan spritual mereka sebagai akhir pelaksana proses
pembangunan itu.
Definisi Komunikasi Pembangunan
Definisi
Komunikasi Pembangunan menurut Quebral (1975) menyatakan bahwa komunikasi
pembangunan merupakan suatu hal ihwal komunikasi antar manusia yang
dipergunakan untuk mengubah dengan secepat mungkin sebuah negara dan rakyatnya.
Perubahan berawal dari tahap kemiskinan hingga tahap perkembangan ekonomi yang
maju sehingga memungkinkan terwujudnya keadilan sosial yang merata ke segenap
rakyat.
Definisi
lain yang dapat dikemukakan adalah seperti yang diungkapkan oleh Astrid S.
Susanto (1974) Komunikasi pembangunan adalah sebagai suatu kegiatan komunikasi
yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam mental dan tingkah laku
manusia.
A.S
Achmad (1986) mengemukakan bahwa pada dasarnya komunikasi pembangunan adalah
suatu pendekatan atau suatu sudut pandang yang terdiri dari unsur-unsur suatu
metode, suatu program, dan suatu proses. Kalau terhadap suatu istilah atau
konsep-konsep seperti periklanan, public relation, propaganda, penyuluh
pertanian, dll yang kelahirannya berhutang budi kepada negara-negara yang sudah
maju, maka komunikasi pembangunan adalah suatu inovasi dari negara-negara yang
sedang berkembang.
Ia telah muncul dari situasi-situasi kehidupan yang
bersifat praktis dan dari ciri-ciri dan tempat operasi yang berbeda. Komunikasi
pembangunan bukanlah cangkokan dari situasi luar manapun.
Tujuan
komunikasi pembangunan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nora C. Quebral adalah
memajukan pembangunan itu sendiri. Sehubungan dengan itu pembangunan yang
dimaksud diantaranya adalah bagaimana memberantas buta huruf, meningkatakan
taraf rakyat dalam masa yang tidak terlalu lama dibandingkan bila mereka tak
tersentuh proses komunikasi
pembangunan.
Disamping itu komunikasi pembangunan
bertujuan member motivasi bagi masyarakat untuk menerima dan melaksanakan
ide-ide pembaharuan yang dicanangkan dalam program pembangunan. Tujuan
komunikasi pembanguna tidaklah sekedar bagaimana terciptanya perubahan sikap,
pendapat, atau prilaku individu melainkan perubahan social masyarakat.
Alan B. Chalkley (1970) menyebutkan
bahwa setidaknya seorang komunikator pembangunan bertugas :
- Memaparkan fakta mengenai tata cara kehidupan dari segi ekonomi.
- Menggalakannya supaya tata cara kehidupan tersebut dapat dipahami oleh khalayak.
- Menyadarkan khlayak tentang pentingnya program pembangunan agar mau berpartisipasi dan terlibat di dalamnya.
- Menyadari dan bertindak tentang kemungkinan penyelesaian masalah kemiskinan yang membelenggu masyarakatnya.
Poses
Komunikasi Pembangunan
V.E Ross (1975) dalam bukunya yang berjudul Reading in Development
Communication yang disunting Juan F. Jamias mengemukakan bahwa suatu ide-ide
baru yang tersebar dari sumber ke khalayak memerlukan suatu proses komunikasi
yang di dalamnya terdapat unsur-unsur berupa:
a.
Situasi Kelompok; b. Teknologi; c. Pesan; d. Saluran; e.
Manajemen Pesan; f.
Audience; dan g Tanggapan
balik.
a.
Situasi Kelompok
Kelompok yang dimaksud di sini meliputi 3 komponen
yaitu para ilmuan atau peneliti, tenaga pelatihan dan pengembangan, terakhir
para penyuluh atau komunikator. Dalam satuan kelompok ini dituntut kerja sama
yang kompak. Kesemuanya mengkonsentrasikan pikiran dan tenaganya terhadap
proyek pembangunan yang sedang digalakan. Jika ketiga komponen ini tidak bisa bekerja sama dengan baik maka
tujuan pembangunan akan sulit tercapai.
b.
Teknologi
Teknologi yang dimaksud dalam hal ini adalah
terdapatnya perbedaan antara apa yang diketahui oleh para penemu dengan apa
yang sedang dipraktekan di lapangan. Penguasaan teknologi bagi seorang
komunikator pembangunan sudah merupakan keharusan, sehingga pembangunan dapat
berjalan lancar.
c.
Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan kepada
publik. Jika komunikator pembangunan ingin pesan diterima, dipahami oleh publik
dan publik melakukan tindakan sesuai pesan, maka pesan itu harus disampaikan
dengan jelas dan tepat. Penyampaian suatu pesan oleh komunikator pembangunan
penting untuk disertai fakta dan argumentasi yang bersifat menyokong,
mempertahankan dan menerangkan. Kepandaian dalam memilih dan merancang pesan
merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan komunikasi dalam pembangunan.
d.
Saluran
Saluran adalah penghubung antara pengirim dan
penerima pesan. Saluran komunikasi berperan agar suatu pesan dapat menyebar
dari komunikator kepada publik sasarannya. Seorang komunikator memiliki saluran
yang bervariasi seperti radio, televisi, surat kabar, organisasi masyarakat,
kontak pribadi dan sebagainya. Pemilihan saluran komunikasi tergantung dengan
kondisi objektif sasaran komunikasi. Beragamnya jumlah saluran yang dipakai
sangat penting dan menentukan pencapaian sasaran komunikasi. Hal tersebut didasarkan
atas pertimbangan bahwa tidak semua audience sasaran komunikasi dapat bersatu
dan bersama-sama untuk berkenan dan berkesempatan memilih suatu saluran.
e.
Manajemen Pesan
Manajemen pesan ini melihat bagaimana suatu pesan
dirancang kemudian disampaikan melalui saluran yang telah dipilih sesuai
karakteristik publik sasarannya. Manajemen pesan juga dimaksudkan untuk dapat
memastikan sejauh mana pesan itu dapat dimengerti oleh publik. Manajemen pesan
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misal : bagaimana cara
menyampaikannya, bagaimana menyampaikan dengan berbagai saluran berbeda dll.
f.
Audience
Audience adalah sasaran pembangunan, dapat berupa
individu atau masyarakat. Jika audience bersifat homogen maka komunikasi yang
efektif akan mudah tercapai tapi jika bersifat heterogen maka bentuk dan sifat
suatu pesan beserta salurannya haruslah disesuaikan dengan karakteristik
audience. Dengan kata lain seorang komunikator sebelum merancang suatu pesan
dan menentukan saluran terlibih dahulu haruslah menentukan karakteristik
audience sasarannya.
g.
Tanggapan Balik
Tanggapan balik merupakan bagian dari reaksi
audience atau dengan kata lain hasil dari proses komunikasi itu sendiri.
Tanggapan balik merupakan ukuran sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai
dalam komunkasi pembangunan.
Aplikasi
Peranan Komunikasi dalam Pembangunan
a. Bidang Kesehatan
Keterkaitan dan keterpaduan antara komunikasi dan
kesehatan sudah lahir sejak 32 tahun yang lalu tepatnya tahun 1978. Pada tahun
1978 di Alma Ata, Rusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakarsai
perubahan yang mendasar dalam program WHO yang berorientasi pada pemberantasan
penyakit ke arah pencegahan. Strategi pemeliharaan kesehatan dasar ini
dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak, memperluas
komunikasi di bidang kesehatan, dan meningkatkan pemanfaatan tenaga pelaksana
kegiatan kesehatan di desa.
Seiring dengan program WHO lahirlah sebuah istilah
komunikasi kesehatan (health communication). Komunikasi kesehatan yang dimaksud
tidak lain adalah suatu penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan
kesehatan masyarakat (Nasution, 1988). Komunikasi kesehatan secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis, untuk mempengaruhi secara positif
prilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan prinsip dan
metode komunikasi massa, dengan pengajaran, pemasaran sosial, analisis prilaku
dan antropologis medis (USAID, 1988). Tujuan utama dari komunikasi kesehatan
tersebut adalah terciptanya perubahan prilaku kesehatan dan derajat kesehatan
masyarakat.
Di Indonesia sendiri mengenai penerapan komunikasi
pembangunan dalam bidang kesehatan bisa dilihat dari proyek pengembangan
penyuluhan gizi (Nutrition Communication and Behavior Change Project). Dengan
mengggunakan praktek komunikasi untuk memantapkan peranan ibu-ibu dalam
pemberian makan anak, setelah 24 bulan hasil survei membuktikan terdapat 40 %
anak-anak diwilayah kegiatan praktek komunikasi yang dilakukan menampakkan
status gizinya lebih baik dari pada anak-anak di wilayah pembanding.
Komunikasi di bidang pembangunan kesehatan tidak
bisa di anggap sebelah mata, beberapa negara melakukan studi tentang hal ini
dan hasilnya menunjukkan bahwa dengan menghadirkan peranan komunikasi di bidang
kesehatan akan ikut menentukkan tercapainya tujuan pembangunan kesehatan itu
sendiri.
b.
Bidang Pertanian
Dalam kebijakan pembangunan nasional pertanian
dalam arti luas perlu dikembangkan agar semakin maju dan efisien juga diarahkan
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, serta keanekaragaman hasil
pertanian, melalui usaha diversifikasi, intesifikasi ekstensifikasi, dan
rehabilitasi pertanian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, serta kebutuhan bahan baku industri.
Pembangunan pertanian di perdesaan untuk
meningkatkan produksi pangan bagi kepentingan penduduk yang jumlahnya akan
meningkat, dalam upaya mendorong swasembada pangan, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yaitu :
a. Sebagian besar masyarakat negara berkembang bermukim di
desa,
b. Kebutuhan pribadi masyarakat tidak selalu dapat dipenuhi
oleh kebijakan pangan nasional,
c. Tuntutan agar kebijakan yang ditempuh harus memperlakukan
penduduk desa sebagai orang-orang yang dilayani oleh pembangunan,
d. Distribusi hasil produksi sama pentingnya dengan
peningkatan produksi kotor,
e. Keuntungan-keuntungan maupun biaya sosial selayaknya
mendapat perhatian kalau biaya ekonomi dibicarakan.
Contoh penerapan komunikasi pembangunan dalam bidang pertanian :
Proyek
masagama 99
Proyek ini diresmikan presiden
filipina (waktu itu) marcos pada mei 1973, melalui acara televisi secara
nasional. Tujuan proyek ini adalah meningkatkan produksi beras, dengan
memberikan kredit, pinjaman, sarana pertanian, dan informasi mutakhir mengenai
konsep dan praktek pertanian. Disebut juga sebagai “ program survival “, karena
filipina ketika itu baru saja mengalami banjir dibeberapa wilayah negaranya,
dan kekeringan nasional pada 1972/73. Karena itu Marcos menghimbau segenap
bangsanya untuk bekerja sama mensukseskan renacana peningkatkan produksi beras
yang pada saat itu dipandang sebagai suatu penganggulangan terhadap ancaman
ekonomi nasional yang antara lain ditandai oleh kekurangan beras yang
diperkirakan mencapai 700.000 ton per tahun.
Media yang digunakan dalam proyek ini adalah radio,
komik, brosur, selebaran, bulletin, mejalah berbahasa lokal, surat kabar,
televisi, dan komunikasi antarpribadi.
Proyek masagana 99 mempunyai sebelas komponen yang
terdiri dari :
1.
Paket teknologi yang
didasarkan pada penelitian
2.
Suatu program produksi dan
distribusi bibit
3.
Suatu sistem alokasi dan
distribusi pupuk
4.
Suatu program kampanye yang
ditujukan untuk mengendalikan hama tanaman dan serangga
5.
Suatu program kredit
6.
Suatu program pedistribusian
pompa irigasi ataupun perbaikan sistempengairan yang ada
7.
Peningkatan jumlah dan
jangkauan penyuluh pertanian keliling
8.
Suatu kampanye media massa
untuk menyebarkan informasi dan mendidik masyarakat mengenai konsep-konsep dan
praktek-praktek pertanian
9.
Suatu sistem dukungan harga
yang dikaitakn dengan pembelian dan penyimpanan hasil prduksi.
10.
Sistem administrasi dan
lintasan sektoral yang difokuskan pada wilayah sasaran yang dirumuskan dengan
teliti, dan
11.
Suatu unit manajemen yang
bertugas untuk perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring keseluruhan program.
Dalam proyek ini, radio
merupakan media utama karena menurut hasil penelitian radio menjangkau 85
persen populasi petani, setiap 3 dari 4 rumah tangga petani di negara itu
memiliki radio transtitor. Sebagai media penunjang yang utama adalah komik
instrukional, brosur dan bulletin dalam 8 dialek bahasa daerah yang utama,
surat kabar, dan poster-poster promosi bersifat instruksional. Peranan TV
terbatas terutama pada peliputan pembukaan proyek, dan aktivitas tertentu di
lapangan.
Para penyiar pertanian dalam
proyek ini berperan sebagai petugas informasi pada Komite Aksi Provinsi untuk menjawab pertanyaan dari
khalayak, merekam wawancara dengan para pemberi dan pengguna informasi,
melakukan penelitian yang berkenaan dengan penyiaran, dan menghadiri aktivitas
masyarakat yang berkaitan dengan produksi bahan makanan.
Catatan : Modul Sosiologi Komunikasi