A. PENGERTIAN ISTILAH ETIKA
Ethics berasal dari kata Yunani Ëthos”. Istilah “etika” dipakai
dalam dua macam arti. Yang satu
tampak dalam ungkapan seperti “Saya pernah belajar etika”. Dalam penggunaan
seperti ini etika merupakan atau dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan mánusia. Makna kedua seperti yang terdapat pada
ungkapan “Ia bersifat etis, atau “Ia seorang yang jujur”, atau “Pembunuhan
merupakan sesuatu yang tidak susila”, atau “Kebohongan merupakan sesuatu yang
tidak susila”, dan sebagainya. Dalam hal-hal tersebut “bersifat etik” merupakan
suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-pe4uatan, atau
manusia-manusia tertentu dengan hal-hal, perbuatan-pfrbuatan, atau
manusia-manusia yang lain. “ Bersifat etik” dalam arti/yang demikian ini setara
dengan “berfifat susila”.
Etika merupakan cabang filsafat yang pada
pokoknya membicarakan masalah predikat nilai betul (right) dan salah (wrong)
dalam arti susila dan tidak susila. Kata right
berasal dari bahasa Latin Rectus yang
berarti lurus.
Etika membicarakan masalah sifat-sifat
yang menyebabkan orang dapat disebut susila
atau bajik.Atribut ini dinamakan kebajikan-kebajikan yang dilawankan
dengan kejahatan-kejahatan yang berarti
menunjukkan bahwa orang yang mempunyainya dikatakan sebagai orang yang tidak susila. Sesungguhnya kesusilaan serta ketidaksusilaan bukan sekadar
bersangkutan dengan kelakuan di bidang seks. Jika seseorang dikatakan tidak
susila tidaklah selalu berarti di bidang seks. Orang yang mencuri, yang tidak
adil atau yang kejam juga dapat dipandang sebagai orang yang tidak susila.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis.
Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan,
nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika
menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkapkan kerancuan. Etika tidak
membiarkan pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar
pendapat-pendapat moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan. Etika berusaha
untuk menjernihkan permasalahan moral.
B. PENGERTIAN ISTILAH MORAL
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia
Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya
sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan
betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya
sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Ada banyak macam norma yang harus kita perhatikan.
1.
Ada norma-norma khusus yang hanya
berlaku dalam bidang atau situasi khusus. misalnya aturan bahwa bola tidak
boleh disentuh dengan tangan, hanya berlaku kalau dan sewaktu kita main sepak
bola dan kita bukan kiper. Begitu kita berhenti main, aturan itu dapat kita
lupakan. Begitu pula aturan agama hanya berlaku bagi anggota agama itu.
Peraturan tata tertib di kampus universitas hanya berlaku selama kita berada
di kampus itu. Norma-norma ini semua bersifat khusus.
2.
Norma umum ada tiga macam:
a.
norma-norma sopan santun
b.
norma-norma hukum
c.
norma-norma moral.
a. Norma Sopan Santun
Norma-norma sopan santun menyangkut sikap lahiriah manusia.
Meskipun sikap lahiriah dapat mengungkapkan sikap hati dan karena itu mempunyai
kualitas moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat moral. Orang yang
melanggar norma kesopanan karena kurang mengetahui tata krama di daerah itu,
atau karena dituntut oleh situasi (misalnya kita mendorong ibu - ibu sampai
jatuh ke sawah supaya tidak tertabrak oleh truk yang remnya blong) tidak
melanggar norma-norma moral.
b. Norma Hukum
Setiap masyarakat mengenal hukum. Norma-norma hukum adalah
norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu
demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah norma yang tidak
dibiarkan dilanggar. Orang yang melanggar hukum, pasti akan dikenai hukuman Sebagai
sangsi. Tetapi norma hukum tidak sama dengan norma moral. Bisa terjadi bahwa
demi tuntutan suara hati, jadi demi kesadaran moral, kita harus melanggar
hukum. Kalaupun kita kemudian dihukum, hal itu tidak berarti bahwa kita ini
orang buruk. Hukum tidak dipakai untuk mengukur baik-buruknya seseorang sebagai
manusia, melainkan untuk menjamin tertib umum.
c.Norma Moral
Norma-norma moral adalah tolok
ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan
norma-norma moral kita betul-betul dinilai. Itulah sebab penilaian moral
selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan sebagai
manusia. Apakah seseorang adalah penjahit yang baik, warga negara yang selalu
taat dan Selalu bicara sopan belum mencukupi untuk menentukan apakah dia itu
betut-betul seorang manusia yang baik. Barangkali Ia seorang munafik. Atau ia
mencari keuntungan. Apakah kita ini baik atau buruk itulah yang menjadi
permasalahan bidang moral.
C. PENGERTIAN ETIKET
Kedua istilah ini sering
dirancukan pemakaiannya. Untuk memperjelas istilah tentang keduanya, perlu
klarifikasi. Kedua istilah memang tidak sama tetapi tidak juga benar-benar berbeda.
Kedua istilah tersebut memiliki persamaan dan sekaligus perbedaan.
Persamaan diantara keduanya
1. Etika dan etiket menyangkut
perilaku manusia.
Hewan tidak mengenal etika maupun
etiket.
2.Etika dan Etiket mengatur perilaku
manusia secara normatif.
Memberi norma bagi perilaku
manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan. Justru karena karena sifat normatif inilah kedua istilah tersebut
sering dicampuradukkan.
Perbedaan diantara keduanya
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan
harus dilakukan oleh manusia. Diantara beberapa cara, etiket menunjukkan cara
yang tepat.
Etika tidak terbatas pada cara
dilakukannya suatu perbuatan tetapi etika memberi norma tentang perbuatan itu
sendiri.Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh/tidak dilakukan
2.
Etiket hanya berlaku dalam
pergaulan.Bila tidak ada orang lain ditempat tersebut maka etiket tidak
berlaku.
Etika harus selalu dipatuhi (selalu
berlaku) ada atau tidak ada orang lain.
3.
Etiket bersifat relatif.Yang dianggap
tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisa dianggap sopan bagi kebudayaan lain.
Etika bersifat absolut.Istilah absolut
ini memang juga menjadi perdebatan, seberapa jauh keabsolutan ini berlaku bagi
semua orang. Hal ini akan dibahas lebih lanjut lagi pada berbagai pendekatan
dalam etika.
4.
Etiket hanya memandang dari segi
lahiriah manusia saja. Etika
menyangkut dari segi batiniah. Orang yang etis adalah mereka yang benar-benar
bersikap baik, tidak menampilkan kondisi yang berbeda antara lahir dan batinnya
(munafik)
D. ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT
1.Moralitas Sebagai Ciri Khas Manusia
Masalah manusia dapat dilihat dari yang
dipisahkan antara pilihan moral dan bukan pilihan moral. Masalah moral banyak
muncul dan menjadi perdebatan dalam kehidupan manusia. Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal. Pada
binatang hal itu tidak terjadi. Pada tahap binatang tidak ada kesadaran tentang
baik dan buruk, tentang yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus
dilakukan dan tidak pantas dilakukan.
Mengenai keharusan, ada dua macam “keharusan”: keharusan alamiah
dan keharusan moral. Keharusan yang pertama adalah keharusan yang iasanya
didasarkan atas hukum alam sedangkan keharusan moral adalah kewajiban.
Beberapa bahasa modern dapat menyatakan perbedaan antara keharusan alamiah dan
keharusan moral itu. Dalam bahasa Inggris, umpamanya, kata must, should
dan ought to ketiga-tiganya berarti “harus”, tapi must secara
khusus dipakai dalam arti keharusan alamiah, sedangkan should dan rnsght
to dipakai dalam arti keharusan moral. Dalam bahasa Jerman kata müssen menunjukkan
keharusan alamiah dan kata sollen digunakan dalam arti keharusan moral.
2.Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang
manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Ada tiga pendekatan yang dalam
konteks ini sering diberikan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan
metaetika.
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas,
misalnya, adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk,
tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika
deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu,
dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu
periode sejarah, dan scbagainya. etika deskriptif hanya melukiskan, ia tidak
memberi penilaian.
b. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang
di mana berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang
masalah-masalah moral. Di sini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai
penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan din
dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.
c.Metaetika
Metaetika ini dapat ditempatkan dalam rangka “filsafat analitis”,
suatu aliran penting dalam filsafat abad ke-20. Filsafat analitis menganggap
analisis bahasa sebagai tugas terpenting bagi filsafat atau bahkan sebagai
satu-satunya tugasnya. Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika
adalah the is/ought question. Yang dipersoalkan di smi ialah
apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu ada
atau kalau sesuatu merupakan kenyataan (is: faktual), apakah dari hal itu dapat
disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought: normatif).
E.UKURAN-UKURAN ETIKA
Kesadaran tentang situasi moral (menghadapi
alternatif, tuntutan hidup, dll) membawa manusia kepada ukuran etika.Ukuran-ukuran
etika inilah yang akhirnya muncul dalam berbagai isme di dalam etika. Teori
etika yang berdasar kepada tujuan (menganggap tindakan benar atau salah dalam hubungannya dengan maksud dan tujuan
yang dianggap baik) disebut teleological. Isme terbesar yang dikenal dalam hal
ini adalah Hedonism, Epicureanism dan Utilitarianism.
1. Hedonism
Manusia diperlengkapi dengan daya
kemampuan indrawi, intelektual dan spiritual. Perwujudan dan pemenuhan daya
kemampuan tersebut membawa kepada rasa nikmat. Hedonisme berasal dari bahasa
Latin Hedona yang berarti kelezatan.Sebagai ajaran etis,hedonisme berpendirian
bahwa kenikmatan khusunya kenikmatan pribadi merupakan nilai hidup tertinggi
dan tujuan utama dan akhir hidup manusia.
2.Epicureanism
Pada pokoknya epikurianisme merupakan
etika yang mengejar kesenangan. Hampir sama dengan hedonisme, yang membedakan
hedonismr membatasi kesenangan sebagai kesenangan sensual dan inderawi
sedangkan Epikureanisme mengartikan kesenangan sebagai ketiadaan rasa sakit dan
penderitaan batin. Kesenangan tertinggi adalah pada saat jiwa ada dalam keadaan
damai dan tenang. Berpegang pada prinsip tersebut, para penganut isme ini
menganggap tabu pada iri hati, ambisi, cinta fisik, menghindar dari
keterlibatan berbagai kegiatan yang menurut anggapan mereka akan mendatangkan
rasa stress, dll. Oleh karena itu gaya hidupnya mencerminkan kesederhanaan.
3.Utilitarianisme
Diturunkan dari bahasa Latin Utilis yang
berarti berguna atau berfaedah.Isme ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang
berguna atau bermanfaat. Yang tidak berguna atau bermanfaat adalah
buruk.Perbuatan harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada
penderitaan, manfaat daripada kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, dll.
Utilitarianisme merupakan paham gabungan
antara konsekuensialisme dan welfarisme. Konsekuensialisme berpendirian bahwa
yang baik ditetapkan berdasrkan akibat. Bila akibatnya baik perbuatan itu baik
dan sebalilnya. Sedangkan welfarisme berpendirian bahwa usaha manusia harus
ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia.