Proses
pembelajaran terhadap budaya organisasi ini disebut dengan proses sosialisasi
budaya organisasi. Proses sosialisasi oleh Schein
(2004,18) dijelaskan
Studying what new members
of groups are taught is, in fact, a good way to discover some of element of
culture; however, by this means one only learns about surface aspects of one
culture will not be revealed in the rules of behavior taught to new comers. It
will only be revealed to members as they gain permanent status and are allowed
into the inner circles of group secrets are shared.
Mekanisme pengenalan budaya
organisasi ini tentunya tidaklah terjadi secara tiba-tiba, melainkan perlu
adanya proses komunikasi melalui interaksi-interaksi yang terjadi dalam setiap
bagian organisasi. Muchlas (2005,152) mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan
proses melalui saluran-saluran formal seperti program-program introduksi dan
latihan maupun cara informal seperti interaksi sehari-hari dengan teman-teman
sekerja, para karyawan baru secara disadari atau tidak mengabsorsi informasi
tentang apa saja yang diharapkan dan bagaimana sesuatu dikerjakan dalam
organisasi. Tanpa adanya proses
interaksi maka tidak akan ada pertukaran konsep-konsep budaya organisasi, maka
di dalamnya terdapat proses pembelajaran.
Sosialisasi merupakan sarana
seorang anggota baru untuk mempelajari dan memasuki budaya yang ada di dalam
organisasi. Sosialisasi dapat dikatakan sebagai sarana seorang anggota baru
untuk dapat memasuki budaya organisasi yang baru sehingga orang baru tersebut
dapat diterima sebagai bagian dari organisasi dan budaya organisasi menjadi
bagian dirinya dalam setiap tindakannya selama berada di dalam organisasi
tersebut.
Secara fakta proses
sosialisasi terhadap budaya organisasi ini bukan proses yang tidak begitu mudah
dilakukan, begitu banyak anggota baru memiliki kesulitan dan bersosialisasi
dengan budaya organisasi. Feldman sebagaimana dikutip oleh Kreitner &
Kinicki (2003, 97-100) menjelaskan terdapat tiga tahapan dalam proses
sosialisasi yang meliputi:
1. Sosialisasi antisipasi (Anticipatory Socialization) yaitu suatu tahapan yang dimulai dengan
seorang individu bergabung dengan organisasi. Proses ini disebut juga proses
pembelajaran yang dilakukan sebelum bergabung dengan organisasi. Dalam tahapan
ini ini seorang pegawai baru berusaha mencari informasi tentang seluk beluk
organisasi yang akan dimasuki dan berandai-andai dengan lingkungan barunya.
2. Tahapan kedua dari proses sosialisasi adalah tahapan pertemuan (encounter), merupakan tahapan yang dimulai saat kontrak pekerjaan
ditandatangani. Tahapan ini dinamakan tahap pertemuan karena individu mulai
bertemu dengan nilai-nilai, keterampilan dan tingkah laku baru yang harus
disesuikan dengan perilaku organisasi. Miller (2003, 141) mengutarakan sebagai counter experience as one of change,
contrast dan surprise and argues that the new comer must work to make sense of
the new organizational culture. Tahapan yang kedua ini menimbulkan situasi
yang sulit bagi pegawai baru yang cukup meresahkan karena pegawai baru harus
beradaptasi dengan lingkungan organisasi, pekerjaan, pegawai senior maupun
pihak manajemen. Miller (2003,141) mengutarakan the new comer relies on predispotitions, past experience and the
interpretations of other.
3. Tahapan yang terakhir
adalah tahapan perubahan dan pemahaman bertambah. (Acquisition). Dalam tahapan ini individu mulai menguasai
ketrampilan, peran dan menyesuaikan diri dengan nilai dan norma kelompok.
Dengan bahasa yang berbeda Jablin dalam Miller (2003, 142) menggunakan istilah
metamorphosis yang mana tahapan ini membawa pegawai baru dapat diterima oleh
karyawan senior sebagai bagian dari organisasi. Pegawai baru mulai dapat bekerja secara maksimal
dan tingkat stress mulai menurun bila dibandingkan dengan tahapan encounter. Seorang pegawai baru
bertindak sebagai anggota organisasi dan posisinya sudah mulai diperhitungkan
oleh pegawai yang lebih senior.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar