Penalaran merupakan suatu proses berfikir dimana di dalam proses berfikir
tersebut sangat bertolak berlakang dari pengamatan indera yang dapat
menghasilkan suatu konsep dan pengertian. Didalam suatu penalaran dikenal juga
menalar yaitu dimana terbentuknya suatu proposisi – proposisi atau semacam
gagasan, ide yang sejenis berdasarkan jumlah proposisi yang dianggap benar,
beberapa orang menyimpulkan bahwa sebuah proposisi atau gagasan yang baru
sebelumnya tidak diketahui.
Penyusunan alur
penalaran dalam berpikir logis dapat dibedakan menjadi dua alur penalaran.
Keduanya terbagi ke dalam penalaran deduktif dan induktif. Kedua penalaran tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan, Perbedaan
antara penalaran deduktif dan penalaran induktif adalah pada dukungan premis
terhadap konklusinya. Penalaran deduktif adalah penalaran yang konklusinya
dimaksudkan sebagai penegasan apa yang tersirat dalam premisnya. Untuk
menentukan sehat atau tidaknya, dengan menyelidiki semua premisnya. Jika semua
premisnya betul maka penalarannya Sahih. Penalaran induktif adalah penalaran yang konklusinya dimaksudkan sebagai
perluasan dari apa yang terkandung dalam premisnya. Konklusinya melampaui apa yang telah
dikatakan oleh premis-premisnya. Untuk menentukan sehat atau tidaknya, bukan
dengan Sahih atau tidak Sahih, namun dengan Kuat atau Lemah. Cara menentukan
suatu penalaran deduktif atau induktif adalah dengan menambah premis baru yang
sejenis pada penalaran tersebut.
Jadi :
Hasil
penalaran deduktif : Sahih dan Tidak Sahih
Hasil
penalaran induktif : Kuat dan Lemah
Validitas
Contoh :
Penalaran A
:
Angsa yang
kita lihat di Surabaya berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Yogyakarta berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Kediri berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Semarang berwarna putih.
Jadi : Semua angsa
yang pernah kita lihat berwarna putih.
Penalaran B
:
Angsa yang
kita lihat di Surabaya berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Yogyakarta berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Kediri berwarna putih.
Angsa yang
kita lihat di Semarang berwarna putih.
Jadi : Semua angsa
berwarna putih.
NO.
|
Deduktif
|
Induktif
|
1
|
Jika semua premisnya benar maka konsklusinya pasti
benar
|
Jika semua premisnya benar maka konsklusinya
kemungkinan benar tapi belum pasti benar
|
2
|
Konsklusi hanya untuk menegaskan kembali apa yang
sudah disebutkan dalam premis
|
Konsklusi melampaui dari apa yang disebutkan dalam
premisnya
|
Perbedaan deduktif dan Induktif
Pengenalan
metode Deduktif
Metode deduktif merupakan
suatu prosedur dimana yang menerapkan suatu peristiwa atau hal – hal yang umum
dimana telah diketahui atau diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang
yang bersifat lebih khusus. Didalam suatu penalaran deduktif dapat kita ketahui
yaitu metode ini diawali dari suatu pembentukan teori, hipotesa, definisi
operasional, instrument dan operasionalisasi. Dimana
dengan kata lain, untuk kita dapat memahami suatu gejala atau peristiwa
terlebih dahulu kita harus mengetahui konsep dan teori tentang gejala atau
peristiwa tersebut dan selanjutnya kita lakukan penelitian di lapangan. Dengan
demikian konsep dan teori merupakan salah satu kata kunci untuk memahami suatu
gejala atau peristiwa yang terjadi.
Pengertian Penalaran Deduktif
- Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
- Penalaran deduktif adalah metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Metode penalaran deduktif ini diawali dari pembentukan
a.
Teori, hipotesis,
b.
Definisi operasional,
c.
Instrumen dan
d.
Operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami
suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala
tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian
konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk
memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif didasarkan atas
prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal
ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan
tentang sesuatu yang khusus yang merupakan abgian dari hal atau gejala diatas.
Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada
yang khusus.
Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti
sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media
hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan
penanda status sosial.
Pengertian Premis Mayor dan Premis
Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum,
sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan
istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua
proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Misalnya : "Semua orang akhirnya akan mati"
(premis mayor).
Hasan adalah orang (premis minor).
Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan
mati" (kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke
yang khusus.
Dari yang abstrak ke yang
konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
Jenis Penalaran Deduktif
Jenis penalaran deduktif yang
menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme Kategorial
:
Silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan
kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya
membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak
anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat
dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek
dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak abadi
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik
Apabila dalam
satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti:
Semua yang
halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian
makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halaldimakan).
Kaidah- kaidah dalam silogisme
kategorial adalah :
- Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
- Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
- Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
- Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
- Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
- Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
- Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
- Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme Hipotesis :
Silogisme yang terdiri atas premis
mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131)
Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika …
konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi.
Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotesis:
1. Silogisme hipotesis yang premis
minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotesis yang premis
minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotesis yang premis
minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul. Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan
timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya,
seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan,
pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak
turun ke jalanan.
Kaidah- kaidah Silogisme Hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme
hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang
penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan
dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Jika A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Jika A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah =
salah)
3) Jika B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Jika B
tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh :
a) Premis
Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis Minor: Hujan tidak turun
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
b) Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia
akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme Alternatif :
Silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis
minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak
alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang
menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis
minornya.
Silogisme ini ada dua macam,
silogisme disjungtif
dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas. Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus
Jadi, la bukan tidak lulus
Silogisme disjungtif dalam arti luas premis
mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Elsa di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi, di pasar
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti
iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif,
konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain.
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif,
kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain.
Kaedah-kaedah silogisme alternatif :
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu
benar, apabila prosedur penyimpulannya valid
2. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai
berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah
satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh :
Rizki menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
b. Bila premis minor mengingkari
salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh :
Penjahat itu lari ke Jakarta atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya
Jadi ia lari ke Jakarta. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rizki menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Contoh :
Premis Mayor : Ardian berada di Lentang Agung atau Bogor.
Premis Minor : Ardian
berada di Lenteng Agung
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4. Entimen :
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan kesimpulan. Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa
Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis
silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
"enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang
tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut Aristoteles yang ditulis
dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk
pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik
bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya, entimem merupakan silogisme
yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimen:
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang
terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen : Nyoman tidak pernah datang
terlambat karena ia pegawai yang baik
Argumentasi dengang Menghilangkan
Definisi: Argumen yang secara
logis ‘menghapuskan’ (to rule out)
satu per satu kemungkinan yang ada sehingga akhirnya hanya tersisa satu
kemungkinan saja (yang paling kuat).
Contoh:
Jono pergi ke kampus atau dengan berjalan kaki atau dengan
naik kendaraan umum atau dengan mobil pribadinya.
Jono tidak naik kendaraan umum.
Mobilnya sedang diperbaiki di bengkel.
Dengan demikian, Jono pergi ke kampus dengan berjalan kaki.
Argumen Matematika
Definisi: Argumen yang bagian
kesimpulannya diklaim sebagai tergantung sebagian atau seluruhnya pada
perhitungan atau ukuran matematis yang ada di bagian premis-premisnya.
Contoh:
Kecepatan berjalan seorang dewasa normal adalah 5 km/jam.
Jarak BSD City – Dukuh Atas lebih dari 20 km.
Jadi, membutuhkan waktu lebih dari 4 jam untuk berjalan kaki
dari BSD City ke Dukuh Atas
Argumen dari
definisi
Definisi: Argumen yang bagian
kesimpulannya dinyatakan sebagai ‘benar oleh karena definisinya’ (yang ada di
bagian premis).
Contoh:
Betti adalah seorang
tante (bibi).
Jadi, Betti adalah
seorang perempuan.
Bona hanya bisa membaca huruf Braille.
Jadi, Bona adalah seorang tuna netra.
Validitas dari
Argumentasi Deduktif
Beberapa ciri utama dari penalaran
deduktif, yaitu :
1. Jika semua premis benar maka
kesimpulan pasti benar
2. Semua informasi atau fakta pada
kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
Syarat-syarat:
•
Jika premis-premisnya benar, maka
kesimpulannya juga pasti benar.
•
Kesimpulan mengikuti secara niscaya
dari premis-premisnya.
•
Premis-premis menyediakan landasan
yang konklusif bagi kebenaran bagian kesimpulan.
•
Kebenaran dari premis-premis
menjamin kebenaran dari kesimpulan.
•
Secara logis tidaklah konsisten
untuk menegaskan (mengiyakan) semua premis sebagai benar namun menyangkal
kesimpulannya.
Dengan demikian:
•
Argumen deduktif hanya bisa bersifat
valid atau tidak valid.
•
Argumen deduktif yang valid adalah
argumen deduktif yang kesimpulannya secara niscaya mengikuti dari
premis-premisnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar