A. Arti Logika
Apakah Logika itu?
Dalam percakapan
sehari-hari kata logis dipergunakan untuk menyatakan perilaku logis yang
dilawankan dengan perilaku tidak logis dengan jalan pikiran yang logis.. Kata
logis yang dipergunakan tersebut diartikan dengan masuk akal. Dengan
berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, apa sebetulnya Logika itu belum
dapat diketahui.
Kata Logika secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani Logike
yang berasal dari kata Logos yang memiliki makna harafiah
sebagai kata atau ucapan. Ucapan berarti
yang diucapkan, dilisankan atau disebutkan. Ucapan merupakan hasil proses berpikir manusia.
Berpikir dapat diartikan pula sebagai penggunaan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Kata pengertian berarti proses, cara,
perbuatan memberi arti. Dengan demikian maka logika merupakan hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa.
Logika memliki sangkut paut
yang erat dengan pengetahuan tentang kaidah berpikir dimana kaidah berpikir merupakan
rumusan asas-asas yang menjadi hukum atau aturan yang tentu yang menjadi
patokan dalam berpikir. Secara singkat dapat dikatakan Logika adalah ilmu
pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat).
Ilmu pengetahuan merupakan
kumpulan pengetahuan tentang pokok-pokok/hal-hal tertentu yang bersifat
spesifik. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta
memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berbicara tentang ilmu
pengetahuantidak dapat dilepaskan dari objek kajian. Objek kajian ilmu pengetahuan
ini adalah azaz yang menentukan pemikiran yang lurus dan tepat. Untuk dapat
berpikir lurus, tepat, logika menyelidiki, merumuskan dan menerapkan hukum –
hukum yang harus dipatuhi.
Selain logika sebagai ilmu pengetahuan logika juga
merupakan ketrampilan karena kaidah berpikir dalam logika juga dapat
diterapkan/dipraktekkan. Berpikir secara logis perlu diasah dan dilatih
sehingga menjadi terampil dalam penggunaannya.
Berdasarkan pengertian ini
dapat dipahami bahwa obyek material pada dasarnya masih menyangkut hal/bidang
yang umum. Oleh karena itu mungkin saja terjadi berbagai ilmu pengetahuan
memiliki obyek material yang sama. Obyek formallah yang membedakan satu bidang
dengan bidang yang lain karena seperti dinyatakan sebelumnya bahwa obyek formal
adalah sudut pandang yang digunakan untuk menyoroti suatu bidang kajian.
Disinilah letak kekhasan sebuah disiplin ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa
obyek material logika adalah berpikir (khususnya pelaran/proses penalaran) dan
obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi
ketepatannya.
MACAM-MACAM LOGIKA
Mempelajari tentang logika
maka kita dapat membedakannya dalam dua macam logika. Meski demikian keduanya
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Logika
alamiah
Manusia
pada dasarnya adalah makluk logis yang mana secara kodrati manusia diciptakan
dengan dilengkapi oleh akal budi. Tidak peduli apakah dia berpendidikan atau
tidak akal budi manusias memiliki fungsi yang sama, perbedaannya hanya pada
tingkat kepekaan dan kekritisannya. Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum
logika dengan cara yang spontan. Tetapi dalam hal-hal yang sulit baik akal
budinya maupun seluruh diri manusia dapat dan nyatanya dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Selain itu
baik manusia sendiri maupun perkembangan pengetahuannya sangat terbatas.
Hal-hal
ini menyebabkan bahwa kesesatan tidak dapat dihindarkan. Namun dalam din
manusia sendiri juga terasa adanya kebutuhan untuk menghindarkan kesesatan
itu. Untuk menghindarkan kesesatan itu diperlukan suatu ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Karena itu
muncullah
Logika
ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran
serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini dapatlah akal budi bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Dengan demikian
kesesatan juga dapat dihindarkan atau, paling tidak, dikurangi.
B.
Sejarah Penggunaan Logika
Logika lahir bersama-sama
dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani
kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk
melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang
bentuk inferensi yang berlaku dan yang
tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.
1. Masa Yunani kuno
Logika dimulai sejak Thales
(624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama
yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan
berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat
itu Thales telah mengenalkan logika
induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan
logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles
mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam
semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air
adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air
tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi,
air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang
filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis
beserta Plato (427
SM-347
SM)
juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa
Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Buku Aristoteles to
Organon (alat) berjumlah enam, yaitu:
- Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
- De interpretatione tentang keputusan-keputusan
- Analytica Posteriora tentang pembuktian.
- Analytica Priora tentang Silogisme.
- Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
- De sophisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada 370
SM
- 288
SM
Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum,
melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan
oleh Zeno dari Citium 334
SM
- 226
SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika
terjadi pada masa Galenus (130
M
- 201
M)
dan Sextus Empiricus 200
M,
dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.Porohyus (232 - 305)
membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu
buku Aristoteles.Boethius (480-524)
menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan
komentar- komentarnya.Johanes Damascenus (674 - 749)
menerbitkan Fons Scienteae.
2. Masa Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15,
buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha
mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:Petrus
Hispanus 1210 - 1278). Roger Bacon 1214-1292. Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika
baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. William Ocham (1295 - 1349).
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. Menyusul kemudian tokoh-tokoh pengembang logika seperti George Boole (1815-1864), John Venn (1834-1923) dan Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. Menyusul kemudian tokoh-tokoh pengembang logika seperti George Boole (1815-1864), John Venn (1834-1923) dan Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika
simbolik terjadi pada tahun 1910-1913
dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya
bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951),
Rudolf Carnap (1891-1970),
Kurt Godel (1906-1978),
dan lain-lain.
D.
Guna Logika
Untuk apa logika
dipelajari?
Logika dipelajari agar
orang yang mempelajarinya memiliki kecerdasan logika dan mampu secara cerdas
menggunakan logikanya. Kecerdasan logika adalah kemampuan
untuk memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu pertanyaan ilmiah. Dalam
hubungan ini logika digunakan untuk memecahkan suatu masalah saat seseorang
menjabarkan masalah itu menjadi langkah-langkah yang lebih kecil, dan
menyelesaikannya sedikit demi sedikit, serta membentuk pola/ menciptakan
aturan-aturan (rumus). Logika juga digunakan
agar mampu menggunakan metode ilmiah dalam menjawab suatu
pertanyaan. Metode ilmiah ini secara singkat berarti membuat hipotesa, menguji hipotesa dengan
mengumpulkan data untuk membuktikan atau menolak suatu teori, dan mengadakan eksperimen
untuk menguji hipotesa tersebut.
Seseorang yang memiliki
kecerdasan logika akan dengan cerdas pula menggunakan logikanya sehinggga akan memiliki salah satu atau lebih
kemampuan di bawah ini:
1. memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi, mengali, dan membagi) dengan baik.
2. mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang)
3. mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa.
4. menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola dalam jenis musik yang berbeda-beda.
5. menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detil, melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku manusia, dan mampu menemukan hubungannya
1. memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi, mengali, dan membagi) dengan baik.
2. mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang)
3. mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa.
4. menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola dalam jenis musik yang berbeda-beda.
5. menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detil, melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku manusia, dan mampu menemukan hubungannya
Contoh
- seseorang yang menghabiskan waktu di dapur menggunakan logikanya untuk menerka berapa lama waktu untuk memanggang sesuatu, menakar bumbu, atau merenungkan bagaimana caranya menghidangkan semua makanan agar siap dalam waktu yang bersamaan.
- seorang detektif kriminal menggunakan logikanya untuk mereka ulang kejadian pada kasus kejahatan dan mengejar tersangka pelaku.
6. menciptakan
visual (gambar) untuk melukiskan bagaimana ilmu pengetahuan bekerja, termasuk
menemukan pola-pola visual dan keindahan ilmu
pengetahuan (contohnya: menguraikan spektrum cahaya dalam gambar, menggambarkan
bentuk-bentuk butiran salju, dan mahluk bersel satu dari bawah mikroskop), mengorgansisasikan
informasi dalam tabel dan grafik, membuat grafik untuk hasil-hasil eksperimen,
bereksperimen dengan program animasi komputer.
7. menentukan
strategi dalam permainan-permainan yang memerlukan penciptaan strategi
(contohnya catur, domino) dan memahami langkah-langkah lawan.
8. memahami
cara kerja dan bahasa komputer termasuk menciptakan
kode-kode, merancang program komputer, dan mengujinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar