Perilaku komunikasi dalam tataran ilmu komunikasi
dapat dibagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan konteks perilaku komunkasi
tersebut.
Komunikasi organisasi pada dasarnya dilakukan secara sadar oleh para
aktor pelakunya melalui interaksi yang terjadi secara intrapersona,
antarpersona maupun interaksi dalam kelompok kecil (klik). Perilaku komunikasi yang nampak secara luaran seringkali
tidak menampakkan realitas yang sebenarnya, untuk itu perilaku komunikasi para
anggota organisasi ini perlu dibedah sehingga dapat dilihat sesuai
Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Komunikasi intrapersonal merupakan level komunikasi
yang terjadi dalam diri seseoarang. Riswandi (2009,9) menjabarkan komunikasi
intarpersonal sebagai proses komunkasi yang terjadi dalam diri seseorang,
berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan syaraf. Senada dengan
Riswandi, West dan Turner (2008, 35) lebih mengerucut pada proses kognisi, simbol
dan niat yang memilih oleh seseorang. Komunikasi pada tataran intrapersonal
terjadi pada diri seseorang yang dapat berbentuk sensasi, persepsi, memori dan
berpikir. Komunikasi intrapersonal dapat terjadi bersamaan dengan seseorang berkomunikasi
dengan orang lain.
Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung secara langsung. Mulyana menjabarkan (2001, 73) komunikasi yang
terjadi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinakan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal
maupun verbal. Namun konsep bertatap muka saat ini dapat dikatakan kurang tepat
lagi karena komunikasi antar pribadi dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang
terbentang puluhan atau bahkan ratusan kilo meter dengan menggunakan alat
komunikasi seperti handphone, chatting yang
dilengkapi webcam. Sendjaja (2005)
lebih menekankan pada proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling
berkomunikasi. Penjelasan ini mengandung
pengertian komunikasi sebagai proses yang mengacu kepada perubahan dan tindakan
yang berlangsung terus menerus sebagai tindakan menyampaikan dan menerima pesan
secara timbal balik, dimana di dalam terdapat kesamaan pehaman diantara orang-orang
terlibat interaksi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi
tersebut.
Komunikasi Kelompok
(Small
Group Communication)
Komunikasi
kelompok kecil merupakan komunikasi yang terjadi pada kumpulan orang tiga orang
atau lebih namun masih dalam lingkup jumlah orang yang tidak besar. Burgoon
dalam Wiryanto (2005) menyatakan komunikasi kelompok kecil sebagai interaksi
secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota
yang lain secara tepat. Di dalam kamunikasi kelompok kecil terdapat komunikasi
intra pribadi maupun komunikasi antar pribadi sehingga Effendy (2004)
menyebutkan sebagai komunikasi dengan sejumlah komunikasi.
Meskipun komunikasi kelompok kecil terdapat
komunikasi antar persona tetapi komunikasi antar kelompok kecil memiliki
perbedaan di dalamnya. Komunikasi jenis ini di dalamnya sudah termaktuf adanya
tujuan yang akan dicapai dari komunikasi ini. Oleh karena itu West dan Turner
(2008) mengatakan bahwa kelompok kecil bukan sekedar kelompok kerja keluarga
ataupun kelompok pertemanan. Komunikasi kelompok kecil tidak hanya sekedar
untuk berkumpul tanpa adanya tujuan tetapi sudah terdapat suatu arah yang jelas
mengapa komunikasi itu berlangsung.
Komunikasi Organisasi (Organizational Communication)
Organisasi
secara klasik yang ditinjau dari pandangan objektif oleh Pace & Foules
(2005) dijelaskan sebagai suatu wadah yang menampung orang-orang dan
objek-objek dalam organisasi yang berusaha menepati tujuan bersama-sama. Merujuk dari pandangan ini dapat dikatakan organisasi
merupakan sebuah sistem yang cenderung statis. Oleh karena itu komunikasi
organisasi dapat diartikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Komunikasi organisasi difokuskan pada kegiatan pengawasan pesan yang terkandung
dalam suatu batas organisasional (organizational
boundary). Komunikasi organisasi merupakan suatu kegiatan yang terus
berulang-ulang dan tidak banyak mengalami perubahan sehingga perilaku itu dapat
diamati dan diukur dengan angka-angka untuk diambil suatu kesimpulan.
Organisasi dipandang dari sudut pandang interpetif
diartikan sebagai hasil dari interaksi sekelompok orang. Organisasi tidak dapat
dipisahkan dari proses komunikasi sebagaimana dijelaskan Pace & Foules
(2005) organisasi dipandang sebagai orang-orang yang berinteraksi dan memberi
makna kepada interaksi tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
organisasi tersusun atas interaksi-interaksi dari setiap orang yang ada di
dalamnya. Bahkan dalam pandangan interpretif organisasi itu sangat identik
dengan interaksi, maka sangat susah memisahkan organisasi dengan interaksi.
Proses komunikasi organisasi merupakan proses
penciptaan makna atas interaksi yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang terjadi. Komunikasi
organisasi terjadi secara dinamis dan terus berubah, sehingga proses komunikasi
dalam organisasi ini harus diteliti secara cermat dan sangat sulit untuk
digeneralisasi, karena komunikasi bersifat khusus sesuai dengan konteksnya.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh organisasi
memiliki bentuk yang sangat kompleks karena di dalam komunikasi organisasi
mencakup komunikasi intrapersona, interpersona maupun komunikasi kelompok kecil
dan juga komunikasi yang lebih global. Berdasarkan
arah komunikasi yang terjadi di tubuh organisasi terbagi ke dalam beberapa
jenis yaitu komunikasi vertikal, komunikasi horisontal maupun komunikasi
diagonal. Jenis komunikasi ini terjadi sesuai dengan posisi setiap individu di
dalam organisasi itu.
Komunikasi secara vertikal terbagi menjadi dua
jenis yaitu komunikasi yang bersumber dari atas ke bawah dan dan dari bawah ke
atas. Komunikasi dari atas ke bawah merupakan komunikasi yang bersumber dari
pegawai yang memiliki jabatan yang berotoritas tinggi kepada pegawai yang
berotoritas lebih rendah sedangkan komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang
bersumber dari pegawai yang berotoritas lebih rendah kepada pegawai yang
berotoritas lebih tinggi. Jenis komunikasi secara vertikal ini cenderung
bersifat formal dan berkaitan dengan masalah pekerjaan.
Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang
bersifat mendatar. Pace dan Foules (2001) menunjukkan komunikasi ini terjadi
diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Komunikasi horisontal
lebih cenderung bersifat informal dan bahkan personal. Komunikasi horisontal
dapat terjadi pada saat komisi, interaksi pribadi sewaktu istirahat yang dapat
terjadi malalui telefon, obrolan di kantin, chatting dan sarana lainnya.
Komunikasi horisontal ini dapat digunakan untuk membangun kebersamaan diantara
pegawai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar